Pelatih : Endang Sujana
alamat : Ci Amis
______________________________
Asisten Pelatih : Yuzi Elsya Mallaby
Alamat : Sukahening
Selasa, 09 Oktober 2012
Selasa, 14 Agustus 2012
Arti Lambang dan Sabuk Dalam BKC ( Bandung Katate Club )
Lambang Dan Arti
Warna
Lambang
- Kuning, mengartikan Keyakinan akan ke-Agungan Tuhan
- Putih, mengartikan Kebersihan/Kesucian Jiwa
- Merah, mengartikan Keberanian
- Lingkaran, mengartikan Putaran Jiwa dan Pikiran dalam kehidupan yang harus penuh perhitungan
- Lingkaran Putih, mengartikan Jiwa yang bersih/suci
MAKNA SABUK DALAM BELADIRI KARATE
Karate merupakan olahraga beladiri yang mempunyai
ciri khas yang dapat dibedakan dari jenis olahraga beladiri lainnya
seperti Silat, Judo, Kung Fu, Kempo dan beladiri lainnya. Perbedaan ini
dapat dilihat baik secara filosofi, tehnik gerakan maupun atribut yang
digunakan selama menjalani proses latihan, pertandingan serta pada saat
pelaksanaan ujian kenaikan sabuk/ tingkat. Salah satu perbedaan di
dalam penggunaan atribut yakni peralatan dan perlengkapan yang
dipergunakan, seperti baju dan sabuk. Namun demikian antara beladiri
Karate dan Judo memiliki kesamaan di dalam menentukan sistem peringkat,
yaitu dengan membedakan berdasarkan warna sabuk. Sebagaimana yang
diakui oleh Master Gichin Funakoshi bahwa Karate didalam menggunakan
system pemeringkat mengadopsi/meniru sistem yang dipergunakan didalam
beladiri Judo.
Dalam beladiri Karate warna sabuk (obi) dipergunakan untuk membedakan antara satu karateka dengan karateka lainnya. Sabuk yang dipergunakan oleh karateka dasar/pemula saat mulai berlatih Karate dimulai dari sabuk putih. Secara filosofis, perbedaan sabuk Karate ini untuk menunjukkan bahwa karateka harus menjunjung tinggi sikap saling menghomati satu sama lainnya. Karateka yang baru belajar atau pemula harus menghormati karateka yang sudah lebih tinggi sabuk yang diraihnya, meski secara umur lebih muda. Namun demikian karateka yang sudah meraih sabuk lebih tinggi dari yang lainnya, wajib untuk menghargai dan menghormati pula karateka yang baru belajar. Sikap ini sejalan dengan prinsip Karate yang dijelaskan oleh Gichin Funakoshi bahwa Karate diawali dan diakhiri oleh sikap menghormati dan saling menghargai. Obi sebagai sistem pemeringkat menggunakan ukuran kyu (kadang berbeda antara satu perguruan dengan perguruan lainnya) yang merupakan bentuk representasi dari Karate dalam menunjukkan bahwa karateka harus berproses dalam semua tujuan yang diinginkan. Untuk menjadi sekedar sabuk hitam, harus mulai belajar dasar. Untuk mengejar nilai kebaikan melalui perolehan sabuk hitam, harus belajar dari dasar. Kecuali untuk tokoh yang memberikan kontribusi dan dukungan nyata terhadap Karate mereka bisa mendapat penghargaan sabuk hitam kehormatan. Dengan demikian, perbedaan sabuk ini selain sebagai pelajaran bagi karateka untuk terus belajar dan berproses dalam meraih tujuan, juga saling menghormati dan menghargai sesama karateka adalah kemutlakan untuk dijalani. Sabuk Karate sendiri terdiri dari 6 warna sabuk yang diawali dari sabuk putihdan yang tinggi sabuk hitam. Arti dari warna sabuk tersebut yakni :
Dalam beladiri Karate warna sabuk (obi) dipergunakan untuk membedakan antara satu karateka dengan karateka lainnya. Sabuk yang dipergunakan oleh karateka dasar/pemula saat mulai berlatih Karate dimulai dari sabuk putih. Secara filosofis, perbedaan sabuk Karate ini untuk menunjukkan bahwa karateka harus menjunjung tinggi sikap saling menghomati satu sama lainnya. Karateka yang baru belajar atau pemula harus menghormati karateka yang sudah lebih tinggi sabuk yang diraihnya, meski secara umur lebih muda. Namun demikian karateka yang sudah meraih sabuk lebih tinggi dari yang lainnya, wajib untuk menghargai dan menghormati pula karateka yang baru belajar. Sikap ini sejalan dengan prinsip Karate yang dijelaskan oleh Gichin Funakoshi bahwa Karate diawali dan diakhiri oleh sikap menghormati dan saling menghargai. Obi sebagai sistem pemeringkat menggunakan ukuran kyu (kadang berbeda antara satu perguruan dengan perguruan lainnya) yang merupakan bentuk representasi dari Karate dalam menunjukkan bahwa karateka harus berproses dalam semua tujuan yang diinginkan. Untuk menjadi sekedar sabuk hitam, harus mulai belajar dasar. Untuk mengejar nilai kebaikan melalui perolehan sabuk hitam, harus belajar dari dasar. Kecuali untuk tokoh yang memberikan kontribusi dan dukungan nyata terhadap Karate mereka bisa mendapat penghargaan sabuk hitam kehormatan. Dengan demikian, perbedaan sabuk ini selain sebagai pelajaran bagi karateka untuk terus belajar dan berproses dalam meraih tujuan, juga saling menghormati dan menghargai sesama karateka adalah kemutlakan untuk dijalani. Sabuk Karate sendiri terdiri dari 6 warna sabuk yang diawali dari sabuk putihdan yang tinggi sabuk hitam. Arti dari warna sabuk tersebut yakni :
SABUK PUTIH
melambangkan kemurnian dan kesucian. Kemurnian dan
kesucian ini merupakan kondisi dasar dari pemula untuk menerima dan
mengolah hasil latihan dari guru masing-masing. Artinya berkembang atau
tidaknya karateka ini tergantung dari apa yang diberikan oleh senpai
atau sensei mereka. Kemudian, setelah materi atau nilai Karate telah
disampaikan sesuai dengan apa yang seharusnya, selanjutnya tanggung
jawab ada pada masing-masing individu.
SABUK KUNING
melambangkan warna matahari yang
diibaratkan bahwa karateka telah melihat “hari baru” dimana dia telah
mampu memahami semangat Karate, berkembang dalam karakter
kepribadiannya dan juga teknik yang telah dipelajari. Sabuk kuning juga
merupakan tahapan terakhir dari seorang
“raw beginner” dan biasanya sudah mulai belajar tahapan-tahapan gerakan
kumite bahkan ada juga yg mulai turun di suatu turnamen.
SABUK HIJAU
Sabuk ini merepresentasikan warna rumput dan
pepohonan. Pemegang sabuk hijau ini sudah harus mampu memahami dan
menggali lebih dalam lagi segala sesuatu yang berkaitan dengan karate
seiring dengan bertumbuhnya semangat dan teknik gerakan yang sudah dikuasainya.
Sifat dari warna hijau ini adalah pertumbuhan dan harmoni. Dengan
demikian seorang karateka sabuk hijau diharapkan dalam proses
pertumbuhannya mulai bisa memberikan harmoni dan keseimbangan bagi
lingkungan.
SABUK BIRU
Warna sabuk ini melambangkan samudera dan langit.
Artinya karateka harus mempunyai semangat luas seperti angkasa dan
sedalam samudera. Karateka harus sudah mampu memulai berani untuk
menghadapi tantangan yang dihadapinya dengan semangat tinggi
dan berfikir bahwa proses latihan adalah sesuatu yang menyenangkan dan
bisa merasakan manfaat yang didapatkan. Karateka harus sudah bisa
mengontrol emosi dan berdisiplin.
SABUK COKLAT
Warna sabuk ini dilambangkan dengan tanah.
Sifat warna ini adalah stabilitas dan bobot. Artinya seorang karateka
pemegang sabuk coklat mulai dari tingkatan kyu 2 sampai 1 harus bisa
memberikan kestabilan sikap, kemampuan yang lebih dari pemegang sabuk
di bawahnya, dan juga sikap melindungi bagi
junior-juniornya. Selain itu, sikap yang harus dimiliki adalah sikap
menjejak bumi (down to earth) dan rendah hati pada sesama.
SABUK HITAM
Warna hitam sendiri melambangkan keteguhan
dan sikap kepercayaan diri yang didasari pada nilai kebaikan universal.
Warna sabuk ini menjadi idaman bagi setiap karateka untuk
mendapatkannya. Namun, di balik semua prestise sabuk hitam terdapat
tanggung jawab besar dari karateka. Pada
tahap ini, pemegang sabuk hitam mulai dari Dan 1 sampai selanjutnya
sebenarnya baru memasuki tahap untuk mendalami karate yang lebih
mendalam. Teknik maupun penguasaan makna hakiki dari kebaikan nilai
karate sudah harus menjadi bagian dari karateka. (penggambaran Gichin
Funakohsi). Sebagian perguruan Karate di
Indonesia, menggunakan sistem peringkat selain sabuk yakni kyu, ada
beberapa perbedaan ketika sabuk biru (kyu 4) mengikuti ujian kenaikan
sabuk coklat. Ada yang turun kyu dari kyu 4 menjadi kyu 3,5. Di
perguruan lain ada yang langsung dari kyu 4 menjadi kyu 3. Dengan
demikian, bagi sebagian perguruan Karate di Indonesia ada yang
menerapkan ujian kenaikan sabuk coklat sebanyak 4 kali (2 tahun atau 4
semester) sampai mendapat kyu 1. Namun bagi sebagian yang lain, bisa
hanya sampai 1,5 tahun atau 3 semester. Maka warna sabuk dalam Karate
selain sebagai pembeda antara karateka yang baru belajar/pemula dengan
yang sudah lama menekuni Karate, sabuk dipergunakan lebih luas dari itu
yakni sebagai proses pendorong bagi karateka untuk terus giat belajar
dan berlatih. Selain itu juga, bagaimana perbedaan sabuk ini justru
menjadi dorongan bagi semua karateka untuk saling menghormati dan
menghargai satu sama lain.
Sabtu, 11 Agustus 2012
Selayang Pandang BKC BKC adalah singkatan dari Bandung Karate Club dan Bina Ksatria Cita pada pengertian yang sebenarnya, didirikan di Bandung pada tanggal 16 Juni 1966 oleh Iwa Rahadian Arsanata. Sejak tahun 1962, telah dirintis pendiriannya dengan nama Bandung Karate School for Self Defence. Gedung Mardisantosa yang terletak di Jalan Sunda No. 2 Bandung adalah tempat pertama BKC didirikan. Tercatat sebagai anggota pertama terdiri dari siswa-siswa Sekolah Guru Pendidikan Jasmani, SMAN Jalan Belitung, STMN I jalan Rajiman serta beberapa orang mahasiswa UNPAD dan ITB. Sejak tahun 1967 hingga tahun 1972 tempat latihan pindah ke pendopo sekolah Tinggi Olah raga Jalan Van Deventer Bandung.
Maksud dan Tujuan
BKC didirikan dengan maksud menghimpun pemuda, setiap anggota menjadi Insan Beladiri yang Mandiri yang memahami makna hidup dan kehidupan pelajar serta berbagai kalangan dalam pembinaan olah raga beladiri berdasarkan kekeluargaan hormat-menghormati serta saling mencintai antara satu dan sesamanya. Secara umum BKC bertujuan untuk membina. Sehingga pada akhirnya, ilmu yang diperolehnya dapat bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Setiap anggota BKC dituntut untuk mampu melaksanakan Tri Ratna Keanggotaan berdasarkan kiprahnya.
Dasar Pendidikan Beladiri di BKC
Sumber ajaran beladiri yang diajarkan di BKC sepenuhnya bersumberkan kepada Tuntunan Ajaran Jalaksana yang merupakan Ilmu Teturunan dari Pendiri Perguruan. Kemudian sumber ajaran ini disesuaikan dengan berbagai ajaran ilmu beladiri yang ada, Baik yang datang dari luar maupun dengan yang telah ada di Indonesia. Dalam hal ini BKC berprinsip, mana yang baik diambil dan mana yang buruk dibuang walaupun itu budaya bangsa terlebih yang datang dari luar.
Para Pimpinan BKC dari Tahun ke Tahun
Tercatat sebagai Ketua Umum BKC angkatan pertama Mardisantosa, yaitu Budiarjo, S.H. kemudian dari tahun 1968-1970 BKC dipimpin oleh Kolonel (Pur) H. Anwar Tamim. Dari tahun 1971-1972 Kolonel (Pur.) R. Oetje Djunjunan alm. Wali Kotamadya Bandung waktu itu berkenan menjadi Ketua Umum BKC, Selanjutnya dari tahun 1973-1980 kembali BKC dipimpin oleh H. Anwar Tamim. Dan dari tahun 1981-1982 dipimpin oleh Kolonel (Pur.) Saleh M. Yoenoes. Dari tahun 1983 hingga sekarang ini Ir.H. Awal Kusumah M.S (Putra dari H. Anwar Tamim) terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar BKC.
Tercatat sebagai Ketua Umum BKC angkatan pertama Mardisantosa, yaitu Budiarjo, S.H. kemudian dari tahun 1968-1970 BKC dipimpin oleh Kolonel (Pur) H. Anwar Tamim. Dari tahun 1971-1972 Kolonel (Pur.) R. Oetje Djunjunan alm. Wali Kotamadya Bandung waktu itu berkenan menjadi Ketua Umum BKC, Selanjutnya dari tahun 1973-1980 kembali BKC dipimpin oleh H. Anwar Tamim. Dan dari tahun 1981-1982 dipimpin oleh Kolonel (Pur.) Saleh M. Yoenoes. Dari tahun 1983 hingga sekarang ini Ir.H. Awal Kusumah M.S (Putra dari H. Anwar Tamim) terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar BKC.
Kegiatan-Kegiatan
Sejak awal berdirinya, BKC telah berhasil menyusun program kegiatan yang terpadu sebagaimana layaknya perguruan yang sudah besar antara lain Ujian Kenaikan Tingkat, Penataran Kepelatihan, Latihan Lapangan di gunung, sungai dan pantai. Kejuaraan Intern serta pada tahun 1967, Pendiri Perguruan dilantik di Sukabumi oleh Ditjora (KONI sekarang) Jawa Barat sebagai Wakil Umum PORKI Jawa Barat (ibu Yusuf dari INKAI sebagai Ketua Umum). Kejurnas PORKI pertama diikuti, yaitu di Jakarta pada tahun 1971 kemudian di penghujung 1972 dalam Musyawarah Lembaga Aliran Karate di Jakarta yang dipimpin oleh Jendral Surono dan Widjojo Suyono, BKC dikukuhkan sebagai anggota FORKI. Dalam masalah kegiatan bentuk apapun yang dilaksanakan, BKC senantiasa berpedoman
Langganan:
Postingan (Atom)